Langsung ke konten utama

Mengenal Supermoon yang akan Muncul Pertengahan Ramadhan Nanti

Mengenal Supermoon yang akan Muncul Pertengahan Ramadhan Nanti

Ilustrasi. Sumber gambar: https://www.mlive.com/resizer/l52FIP1HB-QPPgcS7Lr5HT3idyc=/450x0/smart/arc-anglerfish-arc2-prod-advancelocal.s3.amazonaws.com/public/7BXBXYYAABDV3GF6JFNQLFELAI.jpeg

Mohamad Fikri Aulya Nor, Astronomi ITB

Pada pertengahan Ramadhan nanti, atau tepatnya pada tanggal 7 Mei 2020, akan terjadi fenomena supermoon. Supermoon ini merupakan supermoon terakhir di tahun ini. Sebenarnya, apa itu supermoon? 

Supermoon adalah peristiwa bulan purnama atau bulan baru yang terjadi ketika bulan berada di sekitar jarak terdekatnya dengan Bumi, kira-kira 359 000 km atau kurang. Hal ini membuat bulan menjadi tampak sekitar 6% lebih besar dan 11% lebih cerah dari biasanya.

Apakah akan terjadi peristiwa-peristiwa “super” saat terjadi supermoon? Kalian jangan membayangkan bahwa pada saat itu akan terjadi gempa besar, muncul wabah penyakit gaib, serangan makhluk bulan, atau pertanda buruk lainnya. Lagipula tidak ada hubungannya secara langsung antara bencana dan benda-benda langit. Hal ini karena benda-benda langit itu sangatlah jauh sehingga praktis tak berdampak apapun pada kita. Lagipula, sebenarnya segala yang terjadi adalah kehendak dari Tuhan dan musibah pasti berawal dari kesalahan kita sendiri! 

Supermoon sebenarnya adalah fenomena alam yang biasa dan sudah berulang kali terjadi, bahkan sebelum istilah itu muncul. Istilah “supermoon” pertama kali disebutkan oleh Richard Nolle pada tahun 1979 di majalah ramalan bintang Dell Horoscope Magazine. Di sana disebutkan bahwa pada saat itu, Bumi, Bulan, dan Matahari akan membentuk satu garis lurus di mana Bulan berada pada jarak 90% terdekatnya dengan Bumi. Pernyataan ini secara fisik keliru karena kita tahu bahwa jika Bumi, Bulan, dan Matahari tepat berada satu garis lurus, yang terjadi adalah gerhana. 
Gambar 1: Sistem Bulan-Bumi-Matahari. Perhatikan bahwa saat bulan purnama, posisi Bulan-Bumi-Matahari berada pada satu bidang, namun tidak berada dalam satu garis lurus seperti saat gerhana bulan. 

Yang lebih tepat seharusnya adalah supermoon terjadi ketika Bumi, Bulan, dan Matahari berada pada satu bidang di mana Bumi dan Bulan berada pada jarak terdekatnya. Ketika ketiga benda ini berada pada satu bidang, kita akan menjumpai fenomena bulan baru atau bulan purnama. Bulan baru terjadi ketika Bulan di antara Bumi dan Matahari, sedangkan bulan purnama terjadi ketika Bumi di antara Bulan dan Matahari.

Kemudian, karena Bulan mengitari Bumi tidak dalam orbit lingkaran sempurna, maka jaraknya selalu berubah-ubah tiap waktu. Suatu saat dia akan berada di titik terjauh, di saat yang lain berada di titik terdekat. Bukan berarti berubah tidak beraturan, melainkan mengikuti aturan orbit yang bentuknya elips. Elips mirip dengan lingkaran, kecuali bentuknya yang agak pepat. Kepepatan ini dihitung dengan besaran eksentrisitas yang nilainya untuk elips adalah di antara nol dan satu. Semakin nilai eksentrisitasnya mendekati nol, maka bentuk elips semakin mirip dengan lingkaran. 

Gambar 2: Dua peristiwa berbeda yang terjadi bersamaan pada saat supermoon. Bagian atas menunjukkan peristiwa bulan purnama, sedangkan bagian bawah menunjukkan peristiwa Bulan pada saat di titik perigee (titik terdekat dengan Bumi)

Jadi, ada dua peristiwa yang terjadi: bulan purnama dan bulan ketika berada pada jarak terdekat (perigee). Keduanya merupakan peristiwa terpisah dan tidak saling mempengaruhi. Periodenya pun berbeda, yaitu waktu yang ditempuh dari bulan purnama ke purnama berikutnya dengan waktu yang ditempuh dari bulan saat titik terdekat ke titik terdekat berikutnya adalah berbeda. Namun, keduanya bisa muncul bersamaan setelah berapa kali kelipatan periodenya.

Periode fase bulan disebut sebagai periode bulan sinodik, yakni periode Bulan mengelilingi Bumi relatif terhadap matahari. Waktu yang dibutuhkan adalah 29,530589 hari sehingga kalender bulan hijriyah kita masing-masing bulannya berumur 29 atau 30 hari. Sedangkan, periode Bulan dari titik terdekatnya dengan Bumi (titik perigee) kembali ke titik tersebut disebut sebagai periode bulan anomalistik, yakni 27,554550 hari. Hubungan kelipatan kedua periode tersebut, yakni sekitar 413 hari atau 14 bulan (periode sinodik) merupakan dasar dari prediksi supermoon.

Allah menyatakan di dalam surat Yasin ayat 39 bahwa Dia telah menetapkan tempat peredaran bagi Bulan. Bulan yang telah sampai ke tempat peredaran yang terakhir (bulan baru), kembali lagi ke bentuk tandan yang tua. Ketika fase Bulan berbentuk sabit, sebulan kemudian fase Bulan kembali ke bentuk sabit. Ketika fase Bulan sedang purnama, sebulan kemudian fase Bulan kembali ke purnama. 

Namun, bahkan bukan hanya tentang bentuk bulan yang mempunyai periode seperti itu, melainkan jaraknya pula. Dari yang terdekat kembali ke yang terdekat. Dari yang jauh kembali ke yang terjauh. Termasuk juga ketika fenomena supermoon ini terjadi: dari Bulan yang purnama dan jaraknya terdekat kembali ke purnama dan jaraknya terdekat. 

Allah adalah Al Hasiib, Maha Penghitung yang Paling Teliti. Pada ayat 40 Surat Yasin, disebutkan bahwa tidaklah mungkin bagi Matahari mengejar Bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing berada pada garis edarnya. Karena teraturnya garis edar tersebut, kita, manusia yang diberkahi dengan kecerdasan akal, mampu memprediksi fenomena-fenomena alam tersebut dengan benar. Jika alam semesta semaunya sendiri, bagaimana kita bisa percaya bahwa pada tanggal 7 Mei 2020 akan terjadi supermoon, benar?

Referensi:
http://www.astronomy.ohio-state.edu/~pogge/Ast161/Unit2/eclipses.html
http://astropixels.com/ephemeris/moon/fullperigee2001.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Big Bang, Penciptaan, dan Kemenangan Tuhan

Big Bang, Penciptaan, dan Kemenangan Tuhan Mohamad Fikri Aulya Nor, Astronomi ITB Tahukah kalian apa itu Big Bang ? Big Bang adalah teori awal alam semesta yang menyatakan bahwa alam semesta ini bermula dari suatu titik yang tak hingga kecilnya, kemudian mengembang menjadi sebesar ini. Sejarah munculnya teori ini mengandung kisah dramatis tentang pencarian jawaban atas pertanyaan filosofis mengenai alam semesta, konflik laten bagi kaum agamawan, yang diakhiri dengan kemenangan Tuhan. Kita awali kisah ini dengan sebuah kesalahan persepsi yang populer. Banyak orang menyebut Big Bang sebagai “ledakan besar” dalam arti yang sebenarnya. Padahal nama “Big Bang” hanyalah ledekan dari Fred Hoyle, ilmuwan yang mendukung teori pesaing Big Bang, yakni teori Steady State  atau Keadaan Tunak. Dahulu para ahli kosmologi berdebat panjang mengenai alam semesta. Salah satunya, apakah alam semesta ini mempunyai awal atau sejak dulu memang seperti ini alias abadi? Hal ini memicu lahi

Smart Tech, Dumb People

Smart Tech, Dumb People Ilustrasi Singularitas Teknologi. Sumber gambar: https://s27389.pcdn.co/wp-content/uploads/singularity-1000x440.jpg Oleh: Fikri Aulyanor 15 Januari 2019 Sebenarnya, alasan manusia menciptakan teknologi adalah untuk membuat segala pekerjaannya menjadi cepat, efektif, dan efisien. Setelah muncul otomasi dan Internet, dan sekarang ditambah AI (Artificial Intelligence), produktivitas manusia sangat meningkat pesat dengan effort yang sangat minimal. Jelas, kehidupan manusia sangat jauh lebih mudah dibandingkan sebelumnya. Maka dari itu, jika kita mendengar kata “teknologi”, otak kita selalu menganggapnya “baik“. Bagaimana tidak, siapa yang tidak ingin hidup mudah tanpa bersusah payah? Namun, bagaimana jika teknologi ternyata merupakan suatu bentuk penyebab “kemalasan” manusia? Atau yang lebih ekstrem, teknologi diartikan sebagai “pelemahan” terhadap segala lini kehidupan manusia, termasuk intelektualitas. Dalam artian, kemudahan teknologi, membuat manu

Rekor Pengamatan Hilal Terbaik untuk Revolusi Rukyatul Hilal

Rekor Pengamatan Hilal Terbaik untuk Revolusi Rukyatul Hilal Ilustrasi. Sumber gambar:  https://web.facebook.com/observatorium.bosscha/posts/lembang-1-september-2016-pada-pukul-0801-wib-pagi-hari-tadi-observatorium-bossch/1079902765391761/?_rdc=1&_rdr by Warstek Media / 04 Agustus 2019 Ditulis Oleh Mohamad Fikri Aulya Nor Tim Peneliti Hilal dari Observatorium Bosscha membuat kekaguman berbagai pihak saat mempresentasikan hasil penelitiannya pada acara Sarasehan Pengamatan Hilal Rajab 1440 H dan Sosialisasi “Dark Sky Preservation” pada hari Kamis, 7 Maret 2019. Setelah melakukan penelitian pengamatan hilal dari tahun 2012, mereka akhirnya menorehkan catatan rekor hebat. Mereka berhasil menjadi orang kedua di dunia yang berhasil mengamati Bulan saat “berusia” nol jam atau tepat saat fase awal atau bulan baru. Mereka menangkap citra tersebut dari dua tempat, yakni Observatorium Bosscha, Lembang, Jawa Barat dan Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dari hasil citra yang didapatka