Langsung ke konten utama

How I Ended Up Being an Astronomy Student and I Love It

 How I Ended Up Being an Astronomy Student and I Love It 


I actually have a life plan for my 40s in the future. I choose 40s because somepeople said that it is the year of someone’s peak of success or failure. I’d madetheplan in the middle school. But it still had various and, for my current’s condition, irrelevant objectives. Now that I’m an astronomy student, I’ve choosen a pathandI’m happy about it. 

I always want to state that I’m proud and grateful with this path of life. I feel that I was destined to be in this “star line” indeed. It feels like my childhood was givingsome “spoilers” ahead. My father was an astronomy enthusiast. He had a hobbytocalculate lunar calendar. He also still had used his middle school notes about falakcourse (Islamic astronomy), combined with current modern books. I was interestedin those books. Books after books, I looked out for the picture of the planets inthespace and, even more exciting for me, their terrains. I also had fun with readingtheir facts. Then, my curiousity grew bigger and bigger. I even summarized Wikipedia articles about planets and stars in handwritten notes when I was 6th grade. 

At that time, I actually had no idea about becoming an astronomer. I don’t evenknow that astronomer is a thing. But this unconscious act of fond in astronomyrepeated again in middle school and high school time. When I was in the middleschool, I made my final project in Indonesian language course about space exploration topic. Next, when I was in high school, I joined science olympiad’s teamin the field of astronomy. But the funny part is when I was asked by my mentor about whether I will continue my study in astronomy degree or not, I said without hesitatation that I don’t. My friend also asked by the same question and answeredyes. But the reality is inverted: now I’m in astronomy department and my friendisin another department (geophysic department). Nevertheless, finally I took a courage to apply in that department with full of concern and will never regret it.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Big Bang, Penciptaan, dan Kemenangan Tuhan

Big Bang, Penciptaan, dan Kemenangan Tuhan Mohamad Fikri Aulya Nor, Astronomi ITB Tahukah kalian apa itu Big Bang ? Big Bang adalah teori awal alam semesta yang menyatakan bahwa alam semesta ini bermula dari suatu titik yang tak hingga kecilnya, kemudian mengembang menjadi sebesar ini. Sejarah munculnya teori ini mengandung kisah dramatis tentang pencarian jawaban atas pertanyaan filosofis mengenai alam semesta, konflik laten bagi kaum agamawan, yang diakhiri dengan kemenangan Tuhan. Kita awali kisah ini dengan sebuah kesalahan persepsi yang populer. Banyak orang menyebut Big Bang sebagai “ledakan besar” dalam arti yang sebenarnya. Padahal nama “Big Bang” hanyalah ledekan dari Fred Hoyle, ilmuwan yang mendukung teori pesaing Big Bang, yakni teori Steady State  atau Keadaan Tunak. Dahulu para ahli kosmologi berdebat panjang mengenai alam semesta. Salah satunya, apakah alam semesta ini mempunyai awal atau sejak dulu memang seperti ini alias abadi? Hal ini memicu lahi

Smart Tech, Dumb People

Smart Tech, Dumb People Ilustrasi Singularitas Teknologi. Sumber gambar: https://s27389.pcdn.co/wp-content/uploads/singularity-1000x440.jpg Oleh: Fikri Aulyanor 15 Januari 2019 Sebenarnya, alasan manusia menciptakan teknologi adalah untuk membuat segala pekerjaannya menjadi cepat, efektif, dan efisien. Setelah muncul otomasi dan Internet, dan sekarang ditambah AI (Artificial Intelligence), produktivitas manusia sangat meningkat pesat dengan effort yang sangat minimal. Jelas, kehidupan manusia sangat jauh lebih mudah dibandingkan sebelumnya. Maka dari itu, jika kita mendengar kata “teknologi”, otak kita selalu menganggapnya “baik“. Bagaimana tidak, siapa yang tidak ingin hidup mudah tanpa bersusah payah? Namun, bagaimana jika teknologi ternyata merupakan suatu bentuk penyebab “kemalasan” manusia? Atau yang lebih ekstrem, teknologi diartikan sebagai “pelemahan” terhadap segala lini kehidupan manusia, termasuk intelektualitas. Dalam artian, kemudahan teknologi, membuat manu

Rekor Pengamatan Hilal Terbaik untuk Revolusi Rukyatul Hilal

Rekor Pengamatan Hilal Terbaik untuk Revolusi Rukyatul Hilal Ilustrasi. Sumber gambar:  https://web.facebook.com/observatorium.bosscha/posts/lembang-1-september-2016-pada-pukul-0801-wib-pagi-hari-tadi-observatorium-bossch/1079902765391761/?_rdc=1&_rdr by Warstek Media / 04 Agustus 2019 Ditulis Oleh Mohamad Fikri Aulya Nor Tim Peneliti Hilal dari Observatorium Bosscha membuat kekaguman berbagai pihak saat mempresentasikan hasil penelitiannya pada acara Sarasehan Pengamatan Hilal Rajab 1440 H dan Sosialisasi “Dark Sky Preservation” pada hari Kamis, 7 Maret 2019. Setelah melakukan penelitian pengamatan hilal dari tahun 2012, mereka akhirnya menorehkan catatan rekor hebat. Mereka berhasil menjadi orang kedua di dunia yang berhasil mengamati Bulan saat “berusia” nol jam atau tepat saat fase awal atau bulan baru. Mereka menangkap citra tersebut dari dua tempat, yakni Observatorium Bosscha, Lembang, Jawa Barat dan Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dari hasil citra yang didapatka