Gerhana Matahari Cincin 21 Juni 2020, Sayangnya Indonesia Tidak Kebagian
Mohamad Fikri Aulya Nor, Astronomi ITB
Insya Allah, peristiwa Gerhana Matahari Cincin (GMC) akan terjadi pada tanggal 21 Juni 2020. Durasi puncak gerhana terlama adalah 1 menit 22,4 detik (eclipse.gfsc.nasa.gov). Secara global, gerhana akan dimulai sejak pukul 10:45:58 WIB di sekitar wilayah Afrika Tengah dan berakhir pukul 16:34:01 WIB di tengah Samudera Pasifik. Lokasi yang dilewati puncak gerhana ini meliputi negara-negara di Afrika Tengah, jazirah Arab, Pakistan, India, Nepal, Tiongkok, dan Taiwan. Sayangnya, Indonesia hanya bisa melihat gerhana matahari sebagian.
Gambar 1 Peta GMC 21 Juni 2020
Bagian matahari yang tertutupi saat gerhana bervariasi. Di bagian utara Pulau Sumatera, terutama Aceh, dan Kepulauan Riau, bagian Matahari yang tertutupi saat puncak gerhana adalah 2-12%. Di Pulau Kalimantan, nilainya berkisar 6-27%. Di Pulau Sulawesi dan Maluku Utara, nilainya dalam rentang 8-32%. Di Papua dan Maluku, nilainya paling besar, yakni 14-39%. Sedangkan Pulau Jawa, Pulau Bali, dan Kepulauan Nusa Tenggara, hampir tidak kebagian (di bawah 2%) atau tidak kebagian sama sekali. Untuk informasi lokasi dan waktu spesifik terjadinya gerhana serta bagian tertutupinya, bisa diperoleh di laman timeanddate.com/map/2020-june-21.
Gambar 2 Peta GMC 21 Juni 2020 di Tanah Air
Saat mengamati gerhana, kita disarankan untuk memakai kacamata matahari, plastik film hitam-putih, atau lapisan yang cukup gelap dan kedap cahaya. Hal ini karena sinar Matahari sangat terang dan peralihan gelap-terang ketika gerhana sangat ekstrem. Alternatifnya, kita bisa memakai baskom dan air, kamera lubang jarum, dan lain-lain.
Gerhana merupakan fenomena alam yang rutin dan sering terjadi. Pada setiap tahun, biasanya terdapat 6-7 gerhana, baik gerhana Bulan maupun Matahari. Di tahun 2020, terdapat 6 gerhana, yakni 2 gerhana Matahari (Gerhana Matahari Cincin 21 Juni dan Gerhana Matahari Total 14 Desember) dan 4 gerhana Bulan (Gerhana Bulan Penumbral 10-11 Januari, 5-6 Juni, 4-5 Juli, dan 29-30 November).
Namun, gerhana juga merupakan tanda kekuasaan Allah SWT. Selain sebagai bahan tafakur, kita juga disunnahkan untuk menunaikan shalat khusuf (gerhana Bulan) atau kusuf (gerhana Matahari) jika kita telah memastikan terjadinya hal tersebut. Hal ini sesuai firman Allah SWT dan hadits Nabi SAW,
“Sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, Matahari, dan Bulan. Jangan kalian bersujud pada Matahari dan jangan (pula) pada Bulan, tetapi bersujudlah kalian kepada Allah yang menciptakan semua itu, jika kamu hanya menyembah-Nya,” (QS Fushilat : 37)
“Sungguh, gerhana Matahari dan Bulan tida terjadi sebab mati atau hidupnya seseorang, tetapi itu merupakan salah satu tanda kebesaran Allah Ta’ala. Karenanya, bila kalian melihat gerhana Matahari dan gerhana Bulan, bangkit dan shalatlah kalian,” (HR Bukhari-Muslim)
Dimuat pada tanggal 19 Juni 2020 di https://harakah.id/gerhana-matahari-cincin-21-juni-2020-sayangnya-indonesia-tidak-kebagian/
Komentar
Posting Komentar