Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Budaya Jahiliyah An-Nasi’ Ditinjau dari Segi Astronomis

Budaya Jahiliyah An-Nasi’ Ditinjau dari Segi Astronomis Mohamad Fikri Aulya Nor, Astronomi ITB Kita tengah memasuki tiga bulan haram yang berturut-turut. Bulan-bulan haram merupakan bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT, salah satunya dengan dilarang adanya peperangan dan perbuatan haram lainnya. Maksudnya, perbuatan haram lebih ditekankan keharamannya di bulan-bulan itu. Bulan-bulan itu adalah Dzulqoidah, Dzulhijjah, dan Muharram yang berturut-turut dan Rajab yang berada di antara Jumadil Akhir dan Sya’ban.. Salah satu cerita yang menarik dari sejarah di bulan haram adalah tentang budaya Jahiliyah orang Arab pra-Islam yang disebut An-Nasi’ . An-Nasi’ secara bahasa artinya penundaan. Penundaan yang dimaksud adalah penundaan penyelenggaraan haji dan perayaan dengan memindahkannya di hari yang cocok sesuai musim di tahun itu. Jadi sebelum Islam datang, sudah ada penyelenggaraan haji dan semacam festival perayaan yang berisi pasar-pasar. Penyelenggaraan haji didasarkan pada

Gerhana Matahari Cincin 21 Juni 2020, Sayangnya Indonesia Tidak Kebagian

Gerhana Matahari Cincin 21 Juni 2020, Sayangnya Indonesia Tidak Kebagian Mohamad Fikri Aulya Nor, Astronomi ITB Insya Allah, peristiwa Gerhana Matahari Cincin (GMC) akan terjadi pada tanggal 21 Juni 2020. Durasi puncak gerhana terlama adalah 1 menit 22,4 detik (eclipse.gfsc.nasa.gov). Secara global, gerhana akan dimulai sejak pukul 10:45:58 WIB di sekitar wilayah Afrika Tengah dan berakhir pukul 16:34:01 WIB di tengah Samudera Pasifik. Lokasi yang dilewati puncak gerhana ini meliputi negara-negara di Afrika Tengah, jazirah Arab, Pakistan, India, Nepal, Tiongkok, dan Taiwan. Sayangnya, Indonesia hanya bisa melihat gerhana matahari sebagian. Gambar 1 Peta GMC 21 Juni 2020 ( timeanddate.com/map/2020-june-21 ) Bagian matahari yang tertutupi saat gerhana bervariasi. Di bagian utara Pulau Sumatera, terutama Aceh, dan Kepulauan Riau, bagian Matahari yang tertutupi saat puncak gerhana adalah 2-12%. Di Pulau Kalimantan, nilainya berkisar 6-27%. Di Pulau Sulawesi dan Malu

Tahun 2020, Tahun Kenormalan Baru

Tahun 2020, Tahun Kenormalan Baru Mohamad Fikri Aulya Nor, Astronomi ITB Awal Juni 2020, banyak daerah yang sudah mulai menerapkan AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru) atau sering disebut sebagai new normal . Tempat-tempat umum, seperti masjid, sudah mulai kembali dibuka. Layanan jasa transportasi roda dua diperbolehkan kembali beroperasi. Namun, masyarakat diminta untuk tetap mengikuti protokol kesehatan untuk mencegah peredaran wabah Covid-19. Apabila hal ini dilanggar, dikhawatirkan gelombang kedua wabah akan terjadi. Wabah Covid-19 bukan hanya mendorong terjadinya new normal di Tanah Air, melainkan seluruh masyarakat dunia. Bahkan jika di negara tersebut angka pasien Covid-19-nya menurun atau bahkan nol, perekonomian, politik, dan tatanan kehidupan sebagainya pasti terpengaruh. Kita hidup di era global di mana semua negara, bahkan semua orang saling terhubung dan mempengaruhi walaupun tidak secara langsung.  Alam pun tak luput mempengaruhi dan dipengaruhi oleh ulah manusi

Isu Lockdown Matahari, Benarkah?

Isu Lockdown Matahari, Benarkah? Mohamad Fikri Aulya Nor, Astronomi ITB Akhir-akhir ini, sejak tiga minggu lalu, jagad medsos dihebohkan oleh isu lockdown Matahari. Dinarasikan bahwa NASA telah mengumumkan Matahari sedang masuk ke dalam fase lockdown. Hal ini mirip dengan karantina yang dilakukan manusia dalam menghadapi wabah Covid-19. Karena kemiripan tersebut, banyak masyarakat yang salah kaprah mengaitkan keduanya dengan virus Covid-19. Banyak juga yang menyalahkan peristiwa tersebut karena cuaca ekstrem yang terjadi. Lebih jauh lagi, mereka mengaitkan peristiwa tersebut sebagai tanda-tanda kiamat besar, walaupun penjelasan lockdown Matahari tidak pernah ada di hadits atau al-Qur’an.  Bagi astronom, istilah lockdown Matahari sebenarnya tidak pernah dikenal. NASA yang dikatakan itu juga tidak pernah mengeluarkan berita dengan istilah tersebut. Yang dikenal di kalangan akademisi adalah fase solar minimum. Maksudnya adalah fase yang dialami Matahari dalam siklus 11-tahun

Alam Semesta dalam 50, 100, dan N Tahun

Alam Semesta dalam 50, 100, dan N Tahun Selama ini, kita sebagai astronom kebanyakan hanya MELIHAT MASA LALU! Padahal, “mengetahui masa depan” juga penting bagi kita... Misalnya, Bagaimana kita nanti setelah lulus? Kapan kita nikah?   Seperti apa dunia di mana anak kita akan lahir? Bagaimana perkembangan dunia astronomi dan penjelajahan ruang angkasa?  Apa saja bencana yang akan terjadi di masa depan?  Apa yang akan terjadi di dunia ini? Apa yang akan terjadi pada bumi, matahari, dan alam semesta setelah manusia mencapai peradaban tipe II? Ini adalah materi kajian yang dibuat oleh M Fikri AN pada tahun 2019 (Sebelum Covid-19 meluas, sehingga belum disesuaikan dengan banyaknya perbedaan dengan kondisi real di 2020)